Oleh:
Adi Saputra, M.Pd
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Berikut
ini 43 model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Namun model-model ini bukan lah sesuatu yang kaku masih dapat ditambah atau
digabung beberapa model dalam satu kali
pertemuan. Di samping itu juga model-model ini kita terapkan tergantung dengan
karakteristik mata pelajaran, waktu, sarana prasarana, intake siswa, dan faktor
lainnya yang sesuai dengan kondisi di satuan pendidikan masing-masing.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.
1.
PICTURE AND
PICTURE
Langkah-langkah
:
1.
Menyajikan materi sebagai pengantar
2. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
2. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
3.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
4. Menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5.
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman.
2.
DEMONSTRATION
Model ini
digunakan khusus untuk materi yang memerlukan peragaan atau percobaan.
Langkah-langkah :
1.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan.
3.
Siapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4.
Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai
skenario yang telah disiapkan.
5.
Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa
6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga
pengalaman siswa didemontrasikan
7.
Guru membuat kesimpulan.
3.
EXPLICIT INTRUCTION
Merupakan model pembelajaran langsung khusus
dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan
pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan
dengan pola selangkah demi selangkah. Model ini dikembangkan oleh Rosenshina
& Stevens tahun 1986.
Langkah-langkah
:
1.
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.
Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3.
Membimbing pelatihan
4.
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.
Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
4.
PENAMPILAN ACAK
Model ini merupakan pengembangan dari penulis
sendiri untuk memaksimalkan atau melihat kemampuan siswa di dalam pembelajaran.
Selain itu juga dapat menghidupkan suasana kelas.
Langkah-langkah:
1.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Menyajikan materi.
3.
Memberikan contoh.
4. Mengecek pemahaman dengan cara siswa
tampil menjelaskan konsep atau mengerjakan soal. Siswa yang tampil secara acak
(misalnya melihat tanggal hari itu, maka siswa yang tampil sesuai dengan
tanggal yang dicocokkan dengan nomor urut di daftar hadir di kelas).
5. Seandainya siswa tidak bisa
menjelaskan atau mengerjakan soal, maka siswa diminta untuk menampilkan
kebolehannya di depan kelas (misal menyanyi, dll).
6. Guru menyimpulkan.
5.
EXAMPLES NON
EXAMPLES
Contoh dapat dari kasus atau gambar yang
relevan dengan KD.
Langkah-langkah
:
1.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2.
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5.
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7.
Kesimpulan.
6. COOPERATIF SCRIP
Merupakan
model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah
:
1.
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2.
Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
3.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4.
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan
ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara
pendengar :
•
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
•
Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5.
Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6.
Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru.
7.
Penutup.
7.
KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR
Merupakan
model pengembangan dari Number Heads (Kepala Bernomor) yang dipakai oleh
Spencer Kagan. Teknik Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian
tugas. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya
dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini bias
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah
:
1.
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
2.
Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan
terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : siswa nomor
satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor
tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3.
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa
disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor
sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa
saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
4.
Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
5.
Kesimpulan.
8.
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model
ini berarti tim siswa kelompok prestasi, yang dikembangkan oleh Slavin tahun
1995.
Langkah-langkah :
1.
Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2.
Guru menyajikan pelajaran
3.
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4.
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5.
Memberi evaluasi.
6.
Kesimpulan.
9.
JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
Merupakan model yang dikembangkan oleh
Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snapp tahun 1978. Teknik ini bisa
digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara.
Model ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.
Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan.
Langkah-langkah
:
1.
Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota dalam satu tim
2.
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.
Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
sub bab mereka
5.
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab
yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6.
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.
Guru memberi evaluasi
8.
Penutup
10.
ARTIKULASI
Langkah-langkah
:
1.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2.
Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3.
Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
dua orang
4.
Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan
kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5.
Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan
hasil wawancaranya
6.
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa
7.
Kesimpulan/penutup
11.
MIND MAPPING
Model
ini sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban.
Langkah-langkah
:
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
3.
Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
4.
Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil
diskusi.
5.
Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6.
Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
12.
MAKE - A MATCH (MENCARI PASANGAN)
Model ini
merupakan model pembelajaran dengan cara mencari pasangan, yang dikembangkan
oleh Lorna Curran tahun 1994. Salah
satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Model ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa
mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa
memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4.
Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa
yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6.
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian
seterusnya
8. Kesimpulan/penutup
13.
THINK-PAIR AND SHARE
Model ini
dikembangkan oleh Frank Lyman tahun 1985. Model ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan lain dari model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Langkah-langkah :
1. Guru
menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta
untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta
berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin
pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari
kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diuangkapkan para siswa
6. Guru memberi
kesimpulan
7. Penutup
14.
BERPIKIR-BERPASANGAN-BEREMPAT
Model belajar mengajar
Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Thyng-Pair-Share)
dan Spencer Kagan (Thing-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Dengan metode
klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk
seluruh kelas, model ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih
banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka
kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah
:
1.
Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas
kepada semua kelompok.
2.
Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3.
Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan
berdiskusi dengan pasangannya.
4.
Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa
mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
15.
BARKIRIM SALAM
DAN SOAL
Model belajar mengajar Berkirim Salam dan
Soal memberikan siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan
mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri, sehingga akan merasa lebih terdorong
untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya.
Kegiatan Berkirim Salam dan Soal ini cocok
untuk persiapan menjelang tes dan ujian. Model ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah
:
1.
Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok
ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirimkan ke
kelompok yang lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang
cocok.
2.
Kemudain, masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan
yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya (Salam kelompok bisa
berupa sorak kelompok).
3.
Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
4.
Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan
jawaban kelompok yang membuat soal.
16.
BERCERITA BERPASANGAN
(PAIRED STORYTELLING)
Model ini dikembangkan sebagai pendekatan
interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. Model bercerita
berpasangan ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun
berbicara. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dan berimajinasi. Buah pikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa
merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi.
Langkah-langkah
:
1.
Guru membagikan bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua
bagian.
2.
Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan
mengenai topik
yang
akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik
di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut.
Kegiatan brainstorming ini
dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran
yang baru. Dalam kegiatan ini, guru perlu menekankan bahwa memberikan tebakan
yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam
mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan hari itu.
3.
Siswa dipasangkan.
4.
Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama,
sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
5.
Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan (dalam pelajaran
di laboratorium bahasa) bagian mereka masing-masing.
6.
Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar
beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah
kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjangnya teks bacaan.
7.
Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa
kunci dengan pasangan masing-masing.
8.
Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah
dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan
(yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasakunci
dari pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama
berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang
membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9.
Tentu saja, versi karangan sendiri tidak harus sama dengan bahan
yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang
benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar
dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa diberikan kesempatan
untuk membacakan hasil karangan mereka.
10.
Kemudian, guru membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada
masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
11.
Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topic dalam
bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan
seluruh kelas.
17.
KANCING
GEMERINCING
Model pembelajaran Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer
Kagan tahun1992. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing ini masing-masing anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan lain dari model
ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai
kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada siswa yang terlalu dominan
dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada siswa yang pasif dan pasrah saja pada
rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung
jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena siswa yang pasif akan terlalu
menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Model belajar mengajar Kancing
Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama
untuk berperan serta secara aktif di
dalam pembelajaran.
Langkah-langkah:
1.
Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa
juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan
sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan sebagainya).
2.
Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam
masing-masing keloopok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing
bergantung bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3.
Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat,
dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah.
4.
Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5.
Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan
mengulangi prosedurnya kembali.
18.
DEBATE
Langkah-langkah :
1. Guru membagi 2
kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
2.
Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan
oleh kedua kelompok diatas
3.
Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu
anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh
kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa
mengemukakan pendapatnya.
4.
Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis
inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang
diharapkan guru terpenuhi
5. Guru
menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6.
Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman
yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
19.
ROLE PLAYING
Langkah-langkah :
1. Guru
menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk
beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
3. Guru membentuk
kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan
penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para
siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6. Masing-masing
siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati
skenario yang sedang diperagakan
7. Setelah selesai
dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk
membahas
8. Masing-masing
kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan
kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup
20.
GROUP INVESTIGATION
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Sharan tahun 1992.
Langkah-langkah :
1. Guru membagi
kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru
menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3.
Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu
kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4.
Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif berisi penemuan
5.
Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan
hasil pembahasan kelompok
6. Guru memberikan
penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup
21.
TALKING STIK
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan
sebuah tongkat
2.
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi
pada pegangannya/paketnya
3.
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan
siswa untuk menutup bukunya
4.
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu
guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian
untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5. Guru memberikan
kesimpulan
6. Evaluasi
7. Penutup
22.
BERTUKAR PASANGAN
Model belajar
mengajar Bertukar Pasangan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sama
dengan orng lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1.
Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan
pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya
2. Guru memberikan
tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
3. Setelah selesai
setiap pasangan bergabungdengan satu pasangan yang lain
4.
Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan
yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka
5.
Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.
23.
SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
1. Guru
menyampaikan materi yang akan disajikan
2.
Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3.
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4.
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok
5.
Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6.
Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk
bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup
24.
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Merupakan model pembelajaran yang siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat
pada rekan peserta lainnya.
Langkah-langkah :
1. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru
mendemonstrasikan/menyajikan materi
3.
Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada
peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep
maupun yang lainnya
4. Guru
menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5. Guru
menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
6. Penutup
25.
COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
1. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru
mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan
kesempatan siswa tanya jawab
4.
Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25
sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler
masing-masing siswa
5.
Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam
kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar
diisi tanda benar (Ö) dan salan
diisi tanda silang (x)
6.
Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal
harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa
dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup
26.
COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Merupakan model pembelajaran yang memadukan
antara membaca dan menulis yang dikembangkan oleh Steven dan Slavin pada tahun
1995.
Langkah-langkah :
1. Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan
wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3.
Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan
hasil kelompok
5. Guru membuat
kesimpulan bersama
6. Penutup
27.
INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL LINGKARAN BESAR)
Merupakan model pembelajaran lingkaran
kecil-lingkaran besar yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Siswa saling
membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan
singkat dan teratur.
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas
berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2.
Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran
pertama, menghadap ke dalam.
3.
Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi
informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam
waktu yang bersamaan.
4.
Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara
siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah
jarum jam.
5.
Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi
informasi. Demikian seterusnya.
28.
TEBAK KATA
Persiapan alat
:
1.
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata
lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
2.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang
mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi atau diselipkan
ditelinga.
Langkah-langkah
:
1.
Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit
2.
Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan
3.
Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti
dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang
berukuran 5x2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan
di dahi atau diselipkan ditelinga.
4.
Sementara siswa membawa kartu 10x10 cm membacakan kata-kata yang
tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu
10x10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi
atau telinga.
5.
Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka
pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan
boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi
jawabannya.
Dan seterusnya.
CONTOH KARTU
• Perusahaan ini
tanggung-jawabnya tidak terbatas
• Dimiliki oleh 1
orang
• Struktur
organisasinya tidak resmi
• Bila untung
dimiliki,diambil sendiri
NAH … SIAPA … AKU ?
JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN
29.
SCRAMBLE
Persiapan Alat
:
1. Buatlah
pertanyaan yang sesuai dengan KD atau indikator
2. Buat jawaban
yang diacak hurufnya
Langkah-langkah :
1. Guru menyajikan
materi sesuai KD atau indikator
2. Membagikan
lembar kerja sesuai contoh
Susunlah huruf-huruf pada kolom sehingga
merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A.
Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang
melakukan pertukaran dengan cara …
2. ... digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah
3. Uang ... saat ini banyak
dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang
disebut nilai ...
5. Kemampuan uang untuk ditukar
dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai ...
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri
dengan mata uang asing disebut ...
7. Nilai yang tertulis pada uang
disebut nilai ...
8. dorongan seseorang menyimpan uang
untuk keperluan jual beli disebut ...
9. perintah tertulis dari seseorang
yang mempunyai rekening di bank untuk
membayar sejumlah uang disebut ...
Kolom B
1. TARREB
..................................
2. GANU
.......................................
3. TRASEK
....................................
4. KISTRINI
....................................
5. LIRI
.............................................
6. SRUK
.......................................
7. MINALON
...............................
8. SAKSITRAN
..............................
9. KEC
..........................................
30.
CONSEPT SENTENSE
Langkah-langkah :
1.
Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai
2.
Guru menyajikan materi secukupnya
3.
Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen
4.
Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan
5.
Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan
minimal 4 kata kunci setiap kalimat
6.
Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan lagi secara pleno yang
dipandu Guru
7.
Kesimpulan
31.
TAKE AND GIVE
MEDIA :
1.
Kartu ukuran ± 10x15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub
materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK
2.
Kartu contoh sejumlah siswa
CONTOH Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI
:
NAMA YANG DIBERI
1.
2
3.
4. dst.
Langkah-langkah :
1. Siapkan kelas
sebagaimana mestinya
2. Jelaskan materi
sesuai TPK
3.
Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi
masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
4. Semua siswa
disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa
harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh
5.
Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan
menerima materi masing-masing (take and give)
6.
Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan siswa pertanyaan
yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain)
7. Strategi ini
dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8. Kesimpulan
32.
COMPLETTE
SENTENSE
Media : Siapkan
blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap
Langkah-langkah :
1. Guru
menyampaikan yang ingin dicapai
2. Menyampaikan
materi secukupnya atau peserta disuruh membacakan buku atau model dengan waktu
secukupnya
3. Bentuk kelompok
2 atau 3 orang secara heterogen
4.
Bagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap
(lihat contoh)
5.
Peserta diharap berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci
jawaban yang tersedia
6. Bicarakan
bersama-sama anggota kelompok
7.
Setelah jawaban benar yang salah diperbaiki. Tiap peserta disuruh
membaca berulang-ulang sampai mengerti atau hapal
8. Kesimpulan
33.
TIME TOKEN
Merupakan model
pembelajaran berdasarkan truktur yang
dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa
mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Model pembelajaran ini
dikembangkan oleh Arends tahun 1998.
Langkah-langkah :
1. Kondisikan
kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
2. Tiap siswa
diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah
nilai sesuai waktu keadaan
3. Bila telah
selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu kupon
4. Siswa yang
telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus
bicara sampai kuponnya habis
5. Dan seterusnya
34.
PAIR CHEKS
Model
pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagen tahun 1993.
Langkah-langkah :
1.
BEKERJA BERPASANGAN
Bentuk tim dalam pasangan-pasangan dua
siswa dalam pasangan itu mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan
membantu melatih
2.
PELATIH MENGECEK
Apabila patner benar pelatih memberi
kupon
3.
BERTUKAR PERAN
Seluruh patner bertukar peran dan
mengurangi langkah 1 – 3
4.
PASANGAN MENGECEK
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan
membandingkan jawaban
5.
PENEGASAN GURU
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep
35.
KELILING
KELOMPOK
Model
pembelajaran ini bermaksud agar masing-masing anggota kelompok mendapat
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota lainnya.
Langkah-langkah
:
1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok
menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang
mereka kerjakan
2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan
kontribusinya
3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa
dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
36.
TARI BAMBU
Model
pembelajaran ini bertujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur
strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran
dan informasi antar siswa.
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas
atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada
cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa
berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan
pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2. Separuh kelas
lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3. Dua siswa yang
berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4. Kemudian satu
atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya
di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing
siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan
terus sesuai dengan kebutuhan.
37.
DUA TINGGAL DUA
TAMU (TWO STAY-TWO STRAY)
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagen tahun 1992. Model ini bisa digunakan
bersama dengan model Kepala Bernomor.
Langkah-langkah :
1. Siswa bekerja
sama dalam kelompok berempat seperti biasa
2. Setelah
selesai, dua orang dari masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain
3.
Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka ke tamu mereka
4.
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
5. Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
38.
TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT)
Langkah-langkah:
1.
Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi
pokok materi dan mekanisme kegiatan dan setiap kelompok mempunyai tugas bisa
sama atau berbeda.
2.
Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap
meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan
level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati
oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja
tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
3.
Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil
kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka
waktu terttentu (misal 3 menit).
Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal
dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap
individu dan sekaligus skor kelompok asal.
4.
Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang diperolehnya
diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
5.
Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen
ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen
sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen
yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan
gelar yang sama.
6.
Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor
individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
39.
TEAM ASSISTED
INDIVIDUALLY (TAI)
Model pembelajaran ini berarti Bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak)
dengan karateristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada
siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk
jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan
imposisi-intruksi. Model ini dikembangkan oleh Slavin tahun 1985.
Langkah-langkah
:
1.
Buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul.
2.
Siswa belajar kelompok dengan dibatu oleh siswa pandai anggota
kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga
terjadi diskusi.
3.
Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
40.
CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)
Model ini merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah
melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk
menyelesaikan suatu permasalahan
Langkah-langkah :
1.
Suatu permasalahan diambil dari fakta aktual sesuai dengan materi
bahan ajar melalui tanya jawab lisan.
2.
Identifikasi permasalahan dan fokus-pilih.
3.
Mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan
solusi.
4.
Presentasi dan diskusi.
41.
MEANS-ENDS ANALYSIS (MEA)
Model ini merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan
masalah.
Langkah-langkah :
1.
Sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasisis
heuristic.
2.
Elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana.
3.
Indentifikasi perbedaan.
4.
Susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas.
5.
Pilih strategi solusi yang tepat.
42.
DOUBLE LOOP
PROBLEM SOLVING (DLPS)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal
(penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk
pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara
menghilangkan gap yang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Langkah-langkah
:
1.
Indentifikasi permasalahan, deteksi kausal, solusi sementara,
pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain dan rencana solusi
yang terpilih.
2.
Langkah penyelesaian masalah : menuliskan pernyataan masalah awal,
mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi,
mengindentifikasi kausal, implementasi solusi, indentifikasi kausal utama.
3.
Menemukan pilihan solusi utama.
4.
Implementasi solusi utama.
43.
LOGAN AVENUE
PROBLEM SOLVING (LAPS-HEURISTIC)
Heuristik
adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangaka solusi
masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya,
adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana
sebaiknya mengerjakannya.
Langkah-langkah
:
1.
Pemahaman masalah.
2.
Rencana
3.
Solusi
4.
Pengecekan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar